7 Puisi tentang Palestina, Penuh Makna dan Menyayat Hati

admin
Ilustrasi warga Palestina yang memperjuangkan hak-haknya. Foto: Pexels

Ada beberapa puisi tentang Palestina yang menggambarkan betapa sulitnya perjuangan sebuah bangsa lepas dari cengkeraman zionisme. Puisi-puisi ini bukan hanya menyentuh hati, tapi bisa menjadi bentuk dukungan dan kepedulian terhadap warga Palestina.

Konflik antara Palestina dan Israel telah lama menjadi perhatian dunia. Keadaan yang penuh gejolak ini menimbulkan penderitaan bagi banyak orang, terutama warga Palestina.

Perjalanan bangsa Palestina untuk menuju kemerdekaan pun tampaknya masih panjang. Untuk mendukung perjuangan mereka, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui puisi.

Puisi dapat menyuarakan perjuangan dan penderitaan yang sudah dialami bangsa Palestina sejak lama. Dengan begitu, diharapkan setiap orang yang membacanya dapat memberikan simpati, empati, dan dukungan pada warga Palestina. Lantas, apa saja puisinya?

Ilustrasi warga Palestina yang memperjuangkan hak-haknya. Foto: Pexels

Mengutip buku Kumpulan Puisi Palestina oleh Damay Ar-Rahman dan Catatan-Catatan dari Palestina oleh Adipati Deiter, dkk., berikut adalah beberapa puisi tentang Palestina yang penuh makna dan menyayat hati.

1. Bumi Palestina

Berikut puisi berjudul "Bumi Palestina" karya Damay Ar-Rahman:

Tembok pencakar langit di sepanjang jalur Palestina

Pesawat pembunuh mengancam ganas

Ledakan meriam memekakkan serta menguasai seluruhnya

Rembulan tak lagi benderang menyerbuk sinarnya

Suara berkoar melaknat kemunafikan dengan murka

Api menjalar pada setumpukkan kobarannya

Halilintar tak bergaris tetapi menghantam perut-perutnya

Tiada lagi ketentraman dan ketenangan

Yang ada hanya tangan Yahudi menjajah habis tubuhnya

Dengan tusukan tiada ampun baginya

2. Jenazah Suci

Berikut puisi berjudul "Jenazah Suci" karya Damay Ar-Rahman:

Menatap murka dengan jasad yang teraniaya

Asap mengepul di atas gumpalan bekas ledakan

Rinai yang menghujam semakin dingin mencuram

Sudut kanan dan kiri terlihat kacau

Bukan lagi bangunan yang tak utuh

Bukan lagi tangisan yang menyetubuhi ibu-ibu yang mencari anaknya

Dengan berbagai kondisi yang memilukan

Tetapi jenazah yang tak bernoda harus nyaris terbunuh

Berlinanglah air mata tak tahu menjawab

Dengan duka meralat harapan

3. Tiada Hari Raya

Berikut puisi berjudul "Tiada Hari Raya" karya Damay Ar-Rahman:

Hari-hari penuh kekosongan

Pasukan tempur menghancurkan titik mata Iblisnya

Perempuan dan anak-anak berlari ketakutan

Ada juga yang tak sanggup lagi

Sehingga melawan para zionis laknat

Setiap hari menjaga nyawa

Setiap hari memungut mentari, senja, dan malam

Berharap masih ada hari esok untuk berjuang

Tibalah saatnya hari raya

Seluruh dunia berbahagia dan aman untuk menemui saudara

Terkecuali tanah yang mulai kurus dan gersang di bumi Arab

Mau bulan apapun itu, tetap saja bernapas tersiksa

Berhamburan jasat terbujur kaku di sekelilingnya

Dengan ratapan hening, menyeka ujung mata

Suara tangisan pun membalita ringkih

Yang berpelukan pada debu-debu

Dan takbiran memanggil haru

4. Kematian Itu Lebih Baik

Ilustrasi warga Palestina yang memperjuangkan hak-haknya. Foto: Pexels

Berikut puisi berjudul "Kematian Itu Lebih Baik" karya Damay Ar-Rahman:

Aku kesulitan dalam pelarian

Mencari suka cita penghilang lara

Dunia seakan-akan memalingkan segala cinta

Aku telah terbakar, terbakar kepahitan dalam hidup melarat

Terbujur kaku di pinggir trotoar raya

Mengharap iba dan belas kasihan

Tubuhku kusut rapuh, didera haus dan lapar

Bagai badai disertai ombak

Menerjang tak berhenti menguak

Aku telah kembali pada segeliat tanah

Menjadi debu di antara debu

Karena, tak tertahan sakit yang memaksa

Biarlah kusapa liang lahat, pulang kepada-Nya dengan tenang

Daripada aku hidup dalam lingkaran dunia pendusta

Dan manusia merajalela dengan ambisi keegoisan

5. Air Mata Pemuda Palestina

Berikut puisi berjudul "Air Mata Pemuda Palestina" karya Husina Humaira:

Pemuda Palestina menangis tersedu

Pilu seakan teryayat dari ujung nadi

Melihat ibunya bersimbah darah dalam balutan membela kebenaran

Dipenjara dalam sel nista yang tidak layak dihuni manusia

Pemuda Palestina dinanti ledakan panjang dan hasutan miring media massa dunia

Jihad adalah jalan penantian kemerdekaan

Mempertahankan tanah suci umat Islam

6. 1987

Berikut puisi berjudul "1987" karya Etika Asiya Avicena:

Penghujung Desember kala itu

Langit kota suci berubah kelabu

Banyak bangunan luluh lantak

Penghujung Desember kala itu

Ribuan nyawa syahid menemui Rabb-Nya

Warga Palestina bahu-membahu

Lakukan perlawanan pada Zionis durjana

Penghujung Desember kala itu

Jangan berhenti lakukan sesuatu

Hadirkan senyum di wajah Palestina

7. Razan Al Najjar

Berikut puisi berjudul "Razan Al Najjar" karya Etika Aisya Avicena:

Berhijab cantik dengan jas putihnya

Menggesa diri membantu para pejuang

Yang terluka atau tak lagi bernyawa

Hari itu saat tengah bertugas

Dadamu ditembus peluru nahas

Namun, semangatmu menyejarah

Gelora perlawanan menyala

Mengecam aksi yang tak selayaknya

Razan, kau memang telah tiada

Namun, perjuanganmu mewangi sampai surga-Nya

Itulah beberapa puisi tentang Palestina yang menggambarkan perjuangan dan penderitaan mereka dalam konflik panjang dengan Israel.