Ada beberapa puisi tentang Palestina yang menggambarkan betapa sulitnya perjuangan sebuah bangsa lepas dari cengkeraman zionisme. Puisi-puisi ini bukan hanya menyentuh hati, tapi bisa menjadi bentuk dukungan dan kepedulian terhadap warga Palestina.
Konflik antara Palestina dan Israel telah lama menjadi perhatian dunia. Keadaan yang penuh gejolak ini menimbulkan penderitaan bagi banyak orang, terutama warga Palestina.
Perjalanan bangsa Palestina untuk menuju kemerdekaan pun tampaknya masih panjang. Untuk mendukung perjuangan mereka, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui puisi.
Puisi dapat menyuarakan perjuangan dan penderitaan yang sudah dialami bangsa Palestina sejak lama. Dengan begitu, diharapkan setiap orang yang membacanya dapat memberikan simpati, empati, dan dukungan pada warga Palestina. Lantas, apa saja puisinya?
Mengutip buku Kumpulan Puisi Palestina oleh Damay Ar-Rahman dan Catatan-Catatan dari Palestina oleh Adipati Deiter, dkk., berikut adalah beberapa puisi tentang Palestina yang penuh makna dan menyayat hati.
1. Bumi Palestina
Berikut puisi berjudul "Bumi Palestina" karya Damay Ar-Rahman:
Tembok pencakar langit di sepanjang jalur Palestina
Pesawat pembunuh mengancam ganas
Ledakan meriam memekakkan serta menguasai seluruhnya
Rembulan tak lagi benderang menyerbuk sinarnya
Suara berkoar melaknat kemunafikan dengan murka
Api menjalar pada setumpukkan kobarannya
Halilintar tak bergaris tetapi menghantam perut-perutnya
Tiada lagi ketentraman dan ketenangan
Yang ada hanya tangan Yahudi menjajah habis tubuhnya
Dengan tusukan tiada ampun baginya
2. Jenazah Suci
Berikut puisi berjudul "Jenazah Suci" karya Damay Ar-Rahman:
Menatap murka dengan jasad yang teraniaya
Asap mengepul di atas gumpalan bekas ledakan
Rinai yang menghujam semakin dingin mencuram
Sudut kanan dan kiri terlihat kacau
Bukan lagi bangunan yang tak utuh
Bukan lagi tangisan yang menyetubuhi ibu-ibu yang mencari anaknya
Dengan berbagai kondisi yang memilukan
Tetapi jenazah yang tak bernoda harus nyaris terbunuh
Berlinanglah air mata tak tahu menjawab
Dengan duka meralat harapan
3. Tiada Hari Raya
Berikut puisi berjudul "Tiada Hari Raya" karya Damay Ar-Rahman:
Hari-hari penuh kekosongan
Pasukan tempur menghancurkan titik mata Iblisnya
Perempuan dan anak-anak berlari ketakutan
Ada juga yang tak sanggup lagi
Sehingga melawan para zionis laknat
Setiap hari menjaga nyawa
Setiap hari memungut mentari, senja, dan malam
Berharap masih ada hari esok untuk berjuang
Tibalah saatnya hari raya
Seluruh dunia berbahagia dan aman untuk menemui saudara
Terkecuali tanah yang mulai kurus dan gersang di bumi Arab
Mau bulan apapun itu, tetap saja bernapas tersiksa
Berhamburan jasat terbujur kaku di sekelilingnya
Dengan ratapan hening, menyeka ujung mata
Suara tangisan pun membalita ringkih
Yang berpelukan pada debu-debu
Dan takbiran memanggil haru
4. Kematian Itu Lebih Baik
Berikut puisi berjudul "Kematian Itu Lebih Baik" karya Damay Ar-Rahman:
Aku kesulitan dalam pelarian
Mencari suka cita penghilang lara
Dunia seakan-akan memalingkan segala cinta
Aku telah terbakar, terbakar kepahitan dalam hidup melarat
Terbujur kaku di pinggir trotoar raya
Mengharap iba dan belas kasihan
Tubuhku kusut rapuh, didera haus dan lapar
Bagai badai disertai ombak
Menerjang tak berhenti menguak
Aku telah kembali pada segeliat tanah
Menjadi debu di antara debu
Karena, tak tertahan sakit yang memaksa
Biarlah kusapa liang lahat, pulang kepada-Nya dengan tenang
Daripada aku hidup dalam lingkaran dunia pendusta
Dan manusia merajalela dengan ambisi keegoisan
5. Air Mata Pemuda Palestina
Berikut puisi berjudul "Air Mata Pemuda Palestina" karya Husina Humaira:
Pemuda Palestina menangis tersedu
Pilu seakan teryayat dari ujung nadi
Melihat ibunya bersimbah darah dalam balutan membela kebenaran
Dipenjara dalam sel nista yang tidak layak dihuni manusia
Pemuda Palestina dinanti ledakan panjang dan hasutan miring media massa dunia
Jihad adalah jalan penantian kemerdekaan
Mempertahankan tanah suci umat Islam
6. 1987
Berikut puisi berjudul "1987" karya Etika Asiya Avicena:
Penghujung Desember kala itu
Langit kota suci berubah kelabu
Banyak bangunan luluh lantak
Penghujung Desember kala itu
Ribuan nyawa syahid menemui Rabb-Nya
Warga Palestina bahu-membahu
Lakukan perlawanan pada Zionis durjana
Penghujung Desember kala itu
Jangan berhenti lakukan sesuatu
Hadirkan senyum di wajah Palestina
7. Razan Al Najjar
Berikut puisi berjudul "Razan Al Najjar" karya Etika Aisya Avicena:
Berhijab cantik dengan jas putihnya
Menggesa diri membantu para pejuang
Yang terluka atau tak lagi bernyawa
Hari itu saat tengah bertugas
Dadamu ditembus peluru nahas
Namun, semangatmu menyejarah
Gelora perlawanan menyala
Mengecam aksi yang tak selayaknya
Razan, kau memang telah tiada
Namun, perjuanganmu mewangi sampai surga-Nya
Itulah beberapa puisi tentang Palestina yang menggambarkan perjuangan dan penderitaan mereka dalam konflik panjang dengan Israel.